KRL Stadler-INKA, Harapan baru dari dua negara netral


KRL Commuter Line, Tulang Punggung Transportasi Warga Jabodetabek.

        Sudah sekian lama PT Kereta Commuter Indonesia, yang sekarang menjadi KAI Commuter telah menjalankan pelayanannya, Commuter Line dengan mengoperasikan kereta-kereta komuter umum antarkota. Bermula dari ESS, Perusahaan besutan SS yang ditunjuk untuk mengoperasikan kereta listrik pertama Hindia Belanda. Lalu berajak ke pelayanan KRL Jabotabek oleh PJKA. Dilanjutkan dengan pembelian KRL bekas dari jepang. Lalu datanglah Ignasius Jonan, Merombak dan merevolusi perkeretaapian indonesia, termasuk pembentukan Kereta Commuter Indonesia. Hingga sekarang, merambah kabel setrumnya antara Yogyakarta dan Solo. Diikuti dengan pengambilalihan operasi kereta Lokal Daerah. Dalam beberapa tahun terakhir, KAI Commuter telah berkembang pesat, meski terpengaruh oleh efek pandemi COVID-19 yang melanda penjuru dunia, termasuk Indonesia. 

        Dengan status pandemi yang perlahan-lahan turun menjadi endemi, pengguna jasa komuter meningkat jumlahnya, terutama pada wilayah Jabodetabek (Greater Jakarta Region), KAI Commuter terdesak untuk memenuhi permintaan tersebut dengan menambahkan jumlah perjalanan per hari dalam jadwal mereka serta meningkatkan kecepatan kereta mereka. Hal ini dilakukan agar waktu tunggu serta selang waktu antar kereta (headway) menjadi lebih pendek, meningkatkan kapasitas penumpang KRL per hari. 

        Sayangnya, pendekatan ini ada batasnya. Ada beberapa masalah seperti jumlah kereta per rangkaian (Stamformasi), kondisi sistem traksi yang kian menua dan suku cadangnya semakin langka, keterbatasan pembagian sarana untuk setiap lin yang dilayani Commuter Line, dan yang terakhir, permintaan sarana baru di cabang Daop 6, dimana proses elektrifikasi jalur sedang gencar-gencarnya. KAI Commuter, dengan sarana bekasnya yang beberapa telah mendekati batas masa beroperasinya harus melakukan sebuah tindakan segera untuk memecahkan serta menyelesaikan masalah-masalah ini. 

Cuplikan render pertama dari KRL baru yang disebutkan dalam acara MOU ini. Dari sini kita bisa dengan yakin menebak bahwa Stadler AG terlibat dalam pembuatan KRL baru ini. gambar disadur dari Pak Amad Made
        
        Lalu, tak ada angin, tak ada hujan, pada tanggal 9 Mei 2022, PT Kereta Commuter Indonesia dengan PT Industri Kereta Api (Persero) menandatangani sebuah nota kesepahaman, atau memorandum of understanding (MoU) mengenai pengadaan sarana kereta rel listrik baru untuk KAI Commuter. Dalam MoU ini, disebutkan bahwa PT INKA akan membuat 16 rangkaian kereta rel listrik yang berstamformasi 12 kereta per rangkaian. Pembuatan KRL baru ini akan dibantu oleh Stadler AG, sebuah perusahaan manufaktur kereta api ternama dari Swiss yang terkenal dengan lini produknya, yakni KISS, FLIRT, dan SMILE. 

        Sebelumnya, Stadler dan INKA telah membentuk sebuah joint venture yang bernama PT. Stadler INKA Indonesia (PT. SII). JV ini dibuat karena niatan Stadler untuk menembus pasar perkeretaapian Asia. Dengan PT INKA sebagai partner berpengalaman, dibuatlah sebuah pabrik baru di Banyuwangi untuk mendukung Joint Venture ini. 

Render paling jelas dari KRL Stadler-INKA, Disadur dari situs toyokeizai.net/articles/photo/589479?pn=1

        Ini merupakan sebuah angin segar bagi railfans serta para pengguna jasa KRL, mengingat mayoritas sarana yang dimiliki KAI Commuter adalah kereta bekas buatan Jepang. Bagi mereka yang optimis, MoU ini merupakan tanda bahwa masa depan industri perkeretaapian Indonesia akan cerah dengan bantuan Stadler. Sebuah peluang lini produk sarana baru muncul dengan pengetahuan yang didapatkan dari produksi kereta KRL baru PT. KCI. Diharapkan juga strata kemampuan produksi jenis kereta meningkat. Yang awalnya hanya pede dalam membuat KRD dan Kereta tak berpenggerak, menjadi handal dalam membuat berbagai produk, baik itu lokomotif, gerbong, kereta berpenggerak, maupun kereta khusus. 

        Namun, bagi beberapa orang, skeptisisme tumbuh. Beberapa orang khawatir akan produk kerjasama Indonesia-Swiss ini. Jauh sebelum Stadler datang, INKA sudah pernah beberapa kali bekerja sama dengan perusahaan eropa dalam membuat kereta rel listrik, yakni BN-Holec dan Bombardier AG dalam pembuatan KRL EA 101 (Holec), KRL EA 201 (KRL-I), dan KRL EA-202 (KfW i9000). Kereta listrik ini terkenal di kalangan railfans dan commuters karena ketidakhandalannya dalam beroperasi. dalam perjalanan, kereta ini sering mogok dan malfungsi, menyebabkan keterlambatan bagi kereta tersebut. Ada juga yang berkata bahwa perawatan kereta-kereta ini terbilang rumit untuk dilakukan. Karena peristiwa ini, sentimen buruk pun tumbuh pada kereta hasil kerjasama eropa. 

Perkiraan Desain Awal KRL Stadler-INKA, Desain dirumorkan akan berubah untuk kemudahan KAI Commuter dalam adopsi sarana baru. Sumber: saya sendiri.

        Terlepas dari itu semua, Saya sekedar berharap. Berharap agar pembuatan sarana baru ini lancar tanpa kendala apapun supaya perkeretaapian Indonesia, baik sektor jasa maupun produk akan terus berkembang mencapai standar emas dunia. Mendukung penggunaan transportasi publik yang lebih efesien, merata, dan ramah lingkungan.

Sumber terkait:

- https://redigest.web.id/2022/05/kai-kai-commuter-dan-inka-teken-mou-pengadaan-krl-bergulir-mulai-2024/#.YuTciXZBxPY

https://www.inka.co.id/berita/883

https://kemlu.go.id/bern/en/news/2100/stadler-will-invest-in-indonesia-as-its-asian-hub

- https://toyokeizai.net/articles/photo/589479?pn=1

https://www.facebook.com/photo/?fbid=149312887662844&set=a.111125541481579







 

Comments

Popular Posts